Jumat, 12 Oktober 2012

sejarah rebab



Sampurasun

Dalam kebudayaan bunyi-bunyian (music) para leluhur bangsa Indonesia memperkenalkan kepada bangsa-bangsa di dunia mengenai "suara" yang setia mengabdi kepada pemberi cahaya kehidupan (Matahari/Sunda). Suara tersebut pada dasarnya dapat kita dengar dalam keseharian, namun yang lebih utama adalah setiap menjelang terbit matahari yang menandakan "kehidupan di planet Bumi dimulai".

Di dalam ruang berpikir Bangsa Matahari, AYAM JAGO menjadi perlambang / bagian yang tidak terpisahkan antara keduanya. Ayam Jago merupakan "abdi setia" terhadap terbitnya Matahari, dan sebaliknya Matahari begitu setia "menyinari kehidupan". Tentu saja hal ini merupakan keselarasan alam hasil daya cipta Yang Maha Kuasa.

Ayam Jago sebagai abdi-setia terhadap cahaya kehidupan tentu sudah selayaknya mendapat sebutan RA-BABU (Pengabdi Matahari), dan untuk hal tersebut para leluhur Bangsa Matahari mengabadikan "suara Ra-Babu" dalam bentuk alat bunyi (alat music) yang saat ini kita mengenalnya dengan istilah REBAB.

Dengan kecerdasan dan mutu keindahan (estetika) yang mumpuni, para leluhur menciptakan bentuk REBAB dari penyederhanaan sosok Ayam Jago beserta dengan watak suara "kokok-nya". Dengan demikian, BENTUK DAN SUARA REBAB ADALAH PERUMPAMAAN DARI PERWATAK AYAM JAGO... dan alat ini hanya LOGIS jika awal penciptaannya dilakukan oleh Bangsa Matahari.


Tabe Pun, ka sakbeh Ra-Babu
_/|\_
Mugia Rahayu Sagung Dumadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar